Legenda Desa (asal usul desa)
Tentang sejarah yang pasti
berkaitan dengan nama Desa Tanjunganyar sampai sekarang belum ada penjelasan
yang pasti, banyak sumber cerita bila dikembangkan akan terjadi
kesimpangsiuran, oleh karena itu Penulis berusaha menyatukan dari berbagai
sumber cerita sehingga menjadi kesepahaman bersama. Hal itu dimaklumi karena
tidak ada cerita secara tertulis dan diwariskan secara turun temurun dan sudah
banyaknya sesepuh desa yang meninggal dunia.
Singkat cerita, dahulu kala
desa Tanjunganyar merupakan hutan rawa yang belum dihuni manusia, ada seseorang
sesepuh yang kala itu bernama Ki Onggosutho yang berasal dari Kerajaan
Surakarta, pada waktu itu berkecamuklah perang dikerajaan Surakarta lalu Beliau
mengembara bersama ketiga saudara kandungnya ke utara jawa, saudara kandungnya
yaitu :
1.
Ki Onggowijoyo (Cikal bakal Desa
Banjarsari)
2.
Ki Onggorejo (Cikal bakal
Desa Wilalung)
3.
Ki Onggoreti (Cikal Bakal
Desa Sambiroto)
Mereka ke daerah utara jawa
tepatnya di daerah Glagah Wangi (yang sekarang menjadi Demak) tepatnya di
daerah Demak timur yaitu Trengguli. Ki Onggosutho menikah dengan Putri dari
seorang tokoh Agama pada waktu itu yang sangat berpengaruh yaitu Ki Ageng Jebat
dari Kerajaan Demak Bintoro, putri beliau bernama Sekartanjung dan dikaruniai
beberapa Putra :
1. Tambakyudho,
2. Thiyudho,
3. Thoyudho,
4. Nghoyudho,
5. Sorodipho dan
6. Morodipho
Keluarga Ki Onggosutho hidup
tentram, damai dan sejahtera, beliau dan Keluarganya dimakamkan di
tengah-tengah Desa Tanjunganyar, sebagai penghormatan kepada beliau pada setiap
bulan Jumadil Awwal diadakan Haul. Sedangkan Istri beliau Putri Sekartanjung
menurut sumber cerita dimakamkan di daerah Godong Purwodadi.
Ki Onggo Sutho disuruh
mertua beliau Ki AgengJebat untuk membuka perkampungan di hutan Demak Bintoro
sebelah Timur, lalu beliau memulai membabat hutan dan menjumpai banyak Ubi
jalar (uwi jawanya) sebesar kenong (alat gamelan jawa) sehinnga tanah
sekitarnya oleh beliau dinamai WINONG yang terletak disebelah selatan desa saat
ini, dalam pembukaan hutan (jawa babat) sampai ke barat dengan menggunakan alat
sejenis kapak (Wadung jawa), pada waktu digunakan oleh Ki Onggo Sutho pegtangan
alat (sangkal) patah (putung
jawanya), sehingga daerah tersebut
deinamai SANGKAL PUTUNG yang saat ini terletak disebelah barat daya desa
Tanjunganyar yang berbatasan dengan Desa Sambiroto, lambat laun daerah WINONG
jadi tempat perkampungan dan rakyatnya makmur.
Pada suatu ketika wilayah
Winong ada pagebluk (wabah penyakit) oleh Ki Onngo Sutho berinisiatif
memindahkan warga perkampungan ke arah Utar,secara ajaib setelah dipindah,wabah
penyakit hilang dengan sendirinya. Hasil pindahan wilayah lambat laun menjadi
perkampungan.
Suatu ketika Ki Onngo Sutho
menanam pohon yang tidak diketahui namanya, ajaibnya tanaman tersebut tumbuh
subur dan sanagat lebat,oleh Ki Onggo Sutho pohon tersebut diberi nama Tanjung
(sebagai rasa cintanya kepada istri
tercinta yang bernama Sekar Tanjung), karena jenis pohon itu tidak
pernah dikenal atau baru (jawa Anyar) oleh ki Onggo Sutho nama kampung itu
dinamai Tanjunganyar sampai sekarang menjadi
sebuah desa, Desa Tanjunganyar.
Kesimpulannya adalah :
Tanjunganyar berasal dari kata Tanjung (jenis pohon yang diberi nama sesuai
dengan istri Ki Onggo Sutho) dan Anyar (baru).
Pada suatu masa batas
wilayah yang berbatasan dengan tetannga
kampung digerogoti oleh sesepuh kampung Tambirejo, lalu oleh ki onggo Sutho
memerintahkan anaknya yang bernama Ki Tambak Yudho untuk menjaga tapal
bataswilayah tersebut dari rong-rongan sesepuh desa Tambirejo, sehinnga setelah
dijaga oleh Ki Tambak Yudho mereka tidak berani merongrong wilayah tersebut.Tempat
tunggu Ki Tambak Yudho sekarang dinamai Tunggon, samapai sekarang petilasan itu
masih ada, yang terletak di RT 01 RW 01, dan setiap bulan Jumadil Awwal
diadakan Nyadranan atau Haul sebagai penghormatan kepada beliau.Menurut sumber
cerita, Ki Tambak Yudho dimakamkan di Tambirejo, karena pada saat meninggalnya
Beliau, desa Tanjunganyar kebanjiran.Sedangkan pada saat itu wilayah yang tidak
terkena banjir adalah Desa Tambirejo. Pada saat penjajahan Belanda,warga desa
Tanjunganyar disuruh menanam pohon Kelapa (jawa Cikal) yang jumlahnya ribuan,
tempat penanaman terletak di tegalan (sawah kering) disebelah selatan
desa.Karena banyaknya pohon kelapa yang ditanam, maka kampung tersebut dinamai
Tegal Cikal.
Dari berbagai sumber cerita,
Penulis hanya bisa mereferensikan dalam bentuk cerita legenda sebatas kemampuan
penulis. Adapun cerita ini bisa berkembang dan mengalami penyempurnaan disuatu
ketika. Dan dari semua yang penulis ceritakan benar dan tidaknya Wa Allahu
A’lam hanya Tuhan yang Maha Tahu Segalanya.
Desa Tanjunganyar tidak ada
Dukuh maupun Dusun.Yang ada pada saat ini terdiri dari 4 RW dan 34 RT. Dulunya masih berbentuk Pademangan, dengan pemimpinnya adalah Ki Onggosutho. Baru pada waktu ± tahun 1833 terbentuklah sebuah tatanan pemerintahan, hal tersebut mungkin pengaruh dari Kolonialisme Penjajah Belanda di Indonesia.